MODEL PENGELOLAAN MANAJEMEN BISNIS SEKSUAL DILIHAT DARI DAYA TARIK DAN POLA BISNIS (STUDI PADA WILAYAH SARKEM-BADRAN YOGYAKARTA)

  • Agung Wibiyanto Politeknik Indonusa Surakarta
Keywords: Daya Tarik Pasarkembang-Badran, Pola Bisnis Seksual, Pengelolaan Manajemen Bisnis Seksual

Abstract

Daya tarik wisata di Yogyakarta memang banyak mencuri perhatian para wisatawan
yang berkunjung, di mana salah satunya ialah ragam wisata sex. Dalam penelitian ini sudah
terdapat pergeseran wisata sex yang tidak hanya berlokasi di daerah Pasarkembang saja
namun sudah merambah ke wilayah Badran dan tempat tempat disekitarnya yang
memanfaatkan fasilitas seperti salon dan bar. Melihat penelitian ini mengamati dua variabel
yakni karakteristik daya tarik masing masing tempat dan pola bisnis wisata sex. Dilihat dari
tujuan penelitian ini untuk mengetahui model pengelolaan manajemen bisnis seksual pada
wilayah Sarkem dan Badran melalui pola transaksi bisnis sex yang dilakukan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif, di mana
nantinya pada proses pencarian data menggunakan informan melalui teknik wawancara.
Jumlah informan yang diwawancarai ada 20 orang, 10 orang diantaranya PSK dengan
masing masing tempat mengingat dari tempat satu dengan yang lain berbeda jika dilihat dari
umur, penghasilan per malam, profesi apakah PSK murni atau hanya sampingan, tarif
booking per jam, dan juga status sosial pengunjung/tamu yang dilayani oleh para PSK
tersebut. 10 orang lainnya yang diwawancarai yakni para germo, mami, pengelola bisnis
khususnya bar, salon, ketua masyarakat sekitar serta dari kalangan birokrat pemerintah kota
Yogyakarta.
Hasil dari penelitian ini menitikberatkan pada dua variabel yakni daya tarik wisata
sex di wilayah Pasarkembang-Badran dan juga pola bisnis yang dilakukan sebagai model
pengelolaan bisnis seksual di wilayah itu. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari ragam yang
ditawarkan baik dari kualitas harga dari PSK, umur PSK, fasilitas yang ditawarkan, tempat
transaksi bisnis wisata sex, cara pembookingan di mana untuk model prostitusi konvensional
tentu berbeda dengan model prostitusi modern dengan meninjau tempat baik di lokalisasi
maupun di bar serta salon di seputaran wilayah Sarkem dan Badran. Dilihat dari ragam
tempatnya baik di lokalisasi, bar, maupun salon juga berpengaruh pada status sosial dari
pengunjung/ tamu yang berada di masing masing area yang disebutkan di atas. Dengan
melihat realita bisnis tersebut nantinya diharapkan dapat menghasilkan solusi yang terbaik
dari pihak pihak yang terkait khususnya masyarakat sekitar dan pihak dari pemerintah kota
Yogyakarta

Published
2019-12-04
Section
Articles